Viral Rombongan Berpakaian Putih di Puncak Lawu, Begini Penjelasan Polisi
3 mins read

Viral Rombongan Berpakaian Putih di Puncak Lawu, Begini Penjelasan Polisi

Karanganyar, Jawa Tengah — Gunung pttogel Lawu kembali menjadi sorotan publik setelah sebuah video viral menampilkan rombongan orang berpakaian serba putih berada di puncaknya. Dalam video tersebut, tampak puluhan orang mengenakan pakaian serba putih, lengkap dengan penutup kepala, berjalan perlahan-lahan di sekitar kawasan Hargo Dumilah, puncak tertinggi Gunung Lawu. Kejadian ini memicu berbagai spekulasi di media sosial, mulai dari dugaan kegiatan ritual hingga aliran sesat.

Namun, pihak kepolisian dengan sigap memberikan klarifikasi terkait fenomena ini. Kapolres Karanganyar, AKBP Jerrold H.Y. Kumontoy, dalam keterangannya pada media, menyampaikan bahwa rombongan tersebut bukanlah bagian dari kegiatan terlarang maupun organisasi ilegal.

Penjelasan Polisi: Kegiatan Keagamaan dan Spiritualitas

AKBP Jerrold menjelaskan bahwa rombongan berpakaian putih tersebut merupakan bagian dari kelompok masyarakat yang sedang menjalankan ritual spiritual tahunan yang dilakukan secara tertib dan damai. Kegiatan ini dikenal sebagai tirakat atau laku spiritual yang memang sudah sering dilakukan oleh sebagian masyarakat Jawa, terutama yang menganut kepercayaan tradisional atau kejawen.

baca juga: ri-punya-peluang-lebih-besar-ekspor-ke-eropa-dibanding-as-ini-alasannya

“Mereka melakukan semedi, tapa brata, dan bentuk laku batin lainnya sebagai bentuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dan leluhur. Tidak ada unsur pelanggaran hukum,” tegas Kapolres.

Ia juga menambahkan bahwa rombongan ini telah melapor kepada petugas pos pendakian sebelum naik ke gunung dan tidak menimbulkan gangguan bagi pendaki lain.

Reaksi Warga dan Pendaki

Meskipun kegiatan tersebut tergolong damai dan tidak melanggar hukum, tetap saja video yang beredar luas di media sosial mengundang berbagai reaksi dari masyarakat. Ada yang mengapresiasi kegiatan tersebut sebagai bentuk pelestarian budaya dan spiritualitas Nusantara, namun tidak sedikit pula yang menganggapnya sebagai praktik menyimpang.

Seorang pendaki asal Solo, Bagas (27), yang kebetulan berada di Gunung Lawu pada waktu yang sama, mengaku sempat merasa terkejut ketika melihat rombongan berpakaian putih.

“Awalnya kami kira ada upacara besar atau kegiatan keagamaan. Tapi setelah kami tanya ke porter, katanya itu biasa, tiap tahun ada rombongan begitu,” ujar Bagas.

Menurut penuturan porter lokal, kegiatan seperti itu memang bukan hal baru di Lawu. Banyak orang datang ke puncak gunung bukan hanya untuk mendaki, tapi juga untuk menjalani laku spiritual.

Gunung Lawu, Gunung Bertabur Mitos

Gunung Lawu memang dikenal memiliki aura mistis yang kuat. Tak sedikit masyarakat Jawa yang percaya bahwa gunung ini merupakan tempat keramat dan menjadi lokasi bertapa para leluhur. Beberapa tokoh sejarah seperti Prabu Brawijaya V disebut-sebut melakukan moksa atau menghilang secara gaib di kawasan Lawu.

Tradisi laku spiritual di Gunung Lawu telah berlangsung selama ratusan tahun, terutama pada waktu-waktu tertentu seperti malam 1 Suro atau menjelang pergantian tahun Jawa. Para pelaku ritual biasanya melakukan pendakian malam hari, berpuasa, hingga tidak berbicara selama perjalanan (mutih dan tapa bisu).

Imbauan Kepolisian dan Pengelola Pendakian

Meskipun kegiatan tersebut dinyatakan legal, pihak kepolisian tetap memberikan imbauan agar kelompok-kelompok seperti ini tetap berkoordinasi dengan petugas pendakian dan menjaga ketertiban umum.

“Kami minta siapa pun yang naik, baik untuk mendaki maupun melakukan kegiatan spiritual, tetap menjaga keselamatan, mematuhi aturan, dan tidak membawa hal-hal yang bisa menimbulkan keresahan di masyarakat,” kata Kapolres Karanganyar.

Sementara itu, pengelola jalur pendakian Cemoro Kandang dan Cemoro Sewu juga turut memberikan klarifikasi bahwa rombongan berpakaian putih tersebut sudah terdata sebagai pendaki legal dan tidak ditemukan adanya pelanggaran.

Kesimpulan

Fenomena viral rombongan berpakaian putih di Puncak Lawu memang sempat membuat publik geger. Namun setelah diklarifikasi, ternyata kegiatan tersebut merupakan bagian dari laku spiritual masyarakat yang telah berlangsung secara turun-temurun. Pihak kepolisian dan pengelola pendakian memastikan bahwa kegiatan itu legal dan tidak mengganggu pendaki lain.

Meski demikian, publik tetap diimbau untuk tidak langsung percaya pada narasi-narasi mistis yang tidak berdasar di media sosial. Klarifikasi dan pemahaman budaya lokal menjadi penting agar kejadian seperti ini tidak memicu kesalahpahaman yang bisa merugikan banyak pihak.

sumber artikel: www.theguideothers.com